Pembangunan Ekonomi Di Indonesia, salah satu
masalah ekonomi di indonesia yang sering kita jumpai adalah pengangguran yang
tiap tahun semakin meningkat.
Penyebab
Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan
jumlah apangan pekerjaan yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas, dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam
persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk
terhadap penganggur dankeluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga
dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial
sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat
jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita
suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal
istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa
dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah
untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja
kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah
angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan
kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah
dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah- masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung
dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus
mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan
per kapita suatu negara. Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
“pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan
dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode
ke periode lainnya kemampuan sesuatu negara untuk menghasilkan barang dan
jasabarang faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan
kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan
berkembang. Di samping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan
penduduk dan pengalaman kerja serta pendidikan menambah ketrampilan mereka.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan
jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak
selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan
potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang
sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah adalah lebih lambat
dari potensinya.
Teori
Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith, David
Ricardo dan TR. Malthus. Berikut ini akan diuraikan satu per satu.
1. Adam
Smith
Adam Smith adalah ahli ekonomi yang menulis
buku “The Wealth of Nation” (kemakmuran suatu negara) yang sangat terkenal. Ia
merupakan tokoh yang mengemukakan pentingnya sistem ekonomi liberal (bebas),
yakni sistem ekonomi yang bebas dari campur tangan pemerintah yang diperkuat
dengan semboyan “Laissez Faire, Laissez Passer”. Adam Smith percaya bahwa
dengan menggunakan sistem ekonomi liberal (bebas), pertumbuhan ekonomi dapat
dicapai secara maksimum. Pertumbuhan ekonomi bisa dicapai dengan melibatkan dua
unsur, yaitu:
a. Pertumbuhan penduduk
b. Pertumbuhan output total
Selanjutnya, pertumbuhan output yang berupa
barang dan jasa dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu sumber-sumber alam,
tenaga kerja, jumlah persediaan barang. Agar terjadi pertumbuhan output,
sumber-sumber alam harus dikelola oleh tenaga kerja dengan menggunakan barang
modal. Sumber-sumber alam sangat penting untuk menentukan pertumbuhan ekonomi,
karena sumber- sumber alam merupakan batas maksimum output jika sudah
dimanfaatkan secara maksimum. Sumber-sumber alam mencapai batas maksimum
apabila telah dikerjakan oleh tenaga kerja yang handal dengan menggunakan
barang modal yang cukup.
2. David
Ricardo dan TR Malthus
Pemikiran David Ricardo dan TR Malthus tidak
sama dengan Adam Smith. Mereka mengkritik Adam Smith, bila Adam Smith
berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
maka David Ricardo berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu besar
(hingga 2 kali lipat) bisa menyebabkan melimpahnya tenaga kerja.
Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan upah
yang diterima menurun, di mana upah tersebut hanya bisa untuk membiayai tingkat
hidup minimum (subsistence level). Pada taraf ini, perekonomian mengalami
stagnasi (kemandegan) yang disebut Stationary State.
TR Malthus sependapat dengan David Ricardo dan
mengemukakan bahwa bahan makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5,
dan seterusnya), sedangkan penduduk bertambah menurut deret ukur (1, 2, 4, 8,
16 dan seterusnya). Akibatnya, bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi
penduduk, sehingga masyarakat hidup pada tingkat subsistence dan perekonomian
mengalami kemandegan.
Teori Pertumbuhan
Ekonomi Neoklasik
Ada tiga tokoh Neoklasik yang akan dibahas,
yakni Robert Slow, Harrod Domar serta Joseph Schumpeter.
1. Robert
Solow
Robert Solow adalah ahli ekonomi yang
memenangkan hadiah nobel pada tahun 1987. Solow berpendapat bahwa pertumbuhan
ekonomi akan tercapai jika ada pertumbuhan output. Pertumbuhan output terjadi
jika dua faktor input, yakni modal dan tenaga kerja dikombinasikan, sedangkan
faktor teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapun yang tergolong
sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer, bangunan dan uang.
Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bias dikombinasikan
dalam berbagai model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam rumus sebagai
berikut:
Q = f (C.L) Keterangan :
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)
Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q)
merupakan fungsi dari modal (C) dan tenaga kerja (L). Ini berarti tinggi
rendahnya output tergantung pada cara mengombinasikan modal dan tenaga kerja.
2. Harrod
dan Domar
Harrod dan Domar mengemukakan perlunya
pembentukan modal sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap
(steady growth). Menurut mereka, bila pembentukan modal telah dilakukan pada
suatu masa, maka pada masa berikutnya perekonomian akan sanggup memproduksi
barang-barang dalam jumlah lebih besar. Keinginan masyarakat dalam pembentukan
modal (berinvestasi) ditentukan oleh permintaan agregat (keseluruhan) dari
masyarakat dan oleh MEC (Marginal Efficiency of Capital), yakni perbandingan
antara pertambahan modal terhadap pertambahan output.
3. Joseph
Schumpeter
Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi
terjadi bila ada inovasi dari para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini,
inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di dunia usaha.
Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:
a. Diperkenalkannya teknologi baru
b. Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi
c. Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan
teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha lain yang dapat meningkatkan hasil
produksi
Faktor-Faktor
Pembangunan Ekonomi
Sumber daya alam yang dimiliki memengaruhi
pembangunan ekonomi. Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor non- ekonomi.
Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia,
sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan. Sumber daya alam, yang meliputi tanah
dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat
memengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama
dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk
mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih
tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan
keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah
penduduk yang besar merupakan pasarpotensial untuk
memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan
seberapa besar produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah
bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali
dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat
penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena
barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor non ekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat,
keadaan politik,
kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
Pembangunan
Ekonomi
1. Merupakan proses perubahan yang terus menerus
menuju perbaikan termasuk usaha meningkatkan produk per kapita
2. Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
3. Memperhatikan pertambahan penduduk
4. Meningkatkan taraf hidup masyarakat
5. Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan
pertumbuhan ekonomi
6. Setiap input selain menghasilkan output yang
lebih banyak juga terjadi perubahan-perubahan kelembagaan dan pengetahuan
teknik
Indikator merupakan sumber informasi yang
sistematik serta obyektif yang hampir setiap hari beberapa surat kabar menulis
statistik yang baru dikeluarkan oleh pemerintah. Indikator adalah sebuah
instrument yang menunjukkan keterkaitan berbagai hal. Pemerintah misalnya,
secara regular mensurvei rumah tangga ataupun perusahaan untuk mempelajari
aktivitas dan dampak kegiatan mereka terhadap kesejahteraannya.
Tanpa adanya indikator-indikator ini, pola atau
gejala yang sedang terjadi serta pengaruhnya akan sulit diketahui secara pasti.
Indikator yang diperoleh secara survey oleh pemerintah ataupun lembaga yang
berkepentingan digunakan sebagai tolak ukur untuk mengawasi dan merumuskan
suatu kebijakan. Dapat disimpulkan bahwa indikator pembangunan ekonomi adalah
suatu instrument untuk mengetahui derajat pembangunan yang dilakukan oleh suatu
Negara yang meliputi beberapa aspek.
Adapun pentingnya indikator-indikator
pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Memantau perilaku perekonomian
2. Kepentingan analisis ekonomi
3. Dasar pengambilan keputusan
4. Dasar perbandingan internasional
Pembangunan ekonomi memiliki tiga Indikator
pokok, berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing indikator pembangunan
ekonomi:
1. Indikator
Moneter
Indikator ini berkaitan dengan uang. Uang di
sini berupa tingkat income yang diterima oleh masyarakat.
2. Indikator
Non-Moneter
-
Indikator ini merupakan indikator yang diambil dari beberapa hal pokok
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Indikator ini memiliki beberapa
macam-macam sub-indikator.
-
Ahli pembangunan ekonomi yang bernama Beckerman membedakan berbagai
penelitian tentang cara-cara membandingkan tingkat kesejahteraan dalam 3
kelompok.
-
Kelompok pertama, merupakan suatu usaha untuk membandingkan tingkat
kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat yang ada di dalam dua atau beberapa
Negara dengan cara memperbaiki pelaksanaan dalam perhitungan pendapatan
nasional biasa. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark yang selanjutnya
disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis.
-
Kelompok kedua, dengan usaha membuat penyesuaian dalam pendapatan
masyarakat yang dibandingkan dengan melihat pertimbangan perbedaan tingkat
harga disetiap Negara.
-
Kelompok ketiga, adalah usaha untuk membuat perbandingan tingkat
kesejahteraan dari setiap Negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat
moneter seperti, jumlah kendaraan bermotor, konsumsi minyak, jumlah penduduk
yang mengenyam pendidikan, dan usaha ini dipelopori oleh tokoh yang bernama
Bennet.
-
Menurut Beckerman, dari tiga cara diatas, cara yang dirasa paling tepat
adalah cara yang dilakukan oleh Gilbert dan Kravis. Cara ini merupakan usaha
untuk membandingkan tingkat kesejahteraan dan pembangunan di berbagai Negara
dengan memperbaiki metode pembanding dengan menggunakan data pendapatan
nasional dari masing-masing Negara.
3. Indikator
Campuran
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu indicator yang
digunakan dalam mengukur pembangunan ekonomi suatu Negara. Pada umumnya, dalam
Negara maju tingkat pendidikan rata-rata tinggi dengan TPAK dari tahun ke tahun
selalu meningkat. Negara maju sangat memperhatikan tingkat pendidikan para
penduduknya. Berbeda dengan Negara sedang berkembang, pendidikan di NSB masih
rendah jika dibandingkan Negara maju. Terbukti tingkat melek huruf dan TPAk
serta angka partisipasi sekolah masih rendah. Sehingga, dari perbandingan
tersebut, indikator yang dapat diukur dalam pendidikan yakni; tingkat
pendidikan, tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.
b.
Kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi yang harus
dipenuhi demi keberlangsungannya kehidupan bermasyarakat. Indikator tingkat
kesehatan dapat dilihat dari rata-rata hari sakit dan ketersediaannya fasilitas
kesehatan. Ketika terpenuhinya pembangunan ekonomi berupa kesejahteraan dalam
bidang kesehatan, dapat dilihat dari beberapa indikasi berupa tingkat mortalitas
yang rendah, angka pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan angka harapan hidup
yang tinggi.
c.
Perumahan
Rumah merupakan kebutuhan primer yang harus
terpenuhi oleh masing-masing penduduk. Indikator perumahan yang sesuai dengan
tujuan kesejahteraan penduduk yakni sumber air bersih dan listrik, sanitasi,
dan mutu rumah tinggal.
d.
Angkatan Kerja
Penduduk yang dikatakan angkatan kerja adalah
orang yang telah berumur 15-64 tahun. Angkatan kerja ini juga dibagi lagi
menjadi dua yakni bekerja dan sedang mencari pekerjaan (Menganggur). Indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan angkatan kerja adalah,
partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber penghasilan utama, dan
status pekerjaan.
e.
KB dan Fertilitas
Indikator yang dapat digunakan yakni,
penggunaan asi, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran,
dan penggunaan alat kontrasepsi.
f.
Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya di ikuti
dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, kita dapat
melihat Indikator ekonomi itu sendiri, yakni tingkat pendapatan dan konsumsi
per kapita.
g.
Kriminalitas
Pada dasarnya Negara maju memiliki tingkat
kriminalitas yang rendah, hal ini disebabkan sudah lengkapnya alat keamanan
Negara yang digunakan oleh Negara tersebut. Hal ini berbeda dengan keadaan di
Negara sedang berkembang. Di NSB, banyak terjadi kriminalitas yang disebabkan
beberapa factor seperti adanya cultural shock, ketidak mampuan dalam memenuhi
kebutuhan, dan adanya kepentingan dari suatu pihan. Indicator kriminalitas itu
sendiri diantaranya adalah, jumlah pencurian per tahun, jumlah pembunuhan per
tahun, dan jumlah pemerkosaan per tahun.
h.
Perjalanan Wisata
Indikatornya adalah frekuensi perjalanan wisata
per tahun.
i.
Akses Media Massa
-
Akses media bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam
masyarakat itu sendiri.
-
Indikatornya antara lain: jumlah surat kabar, jumlah radio, dan jumlah
televisi.
PENGERTIAN
KONDISI SOSIAL EKONOMI
Pengertian
Kondisi Sosial Ekonomi
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita
mengamati adanya perbedaan kondisi antarwarga. Baik di lingkungan keluarga
maupun masyarakat. Dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas perbedaan
mencakup berbagai aspek kehidupan, misalnya ada orang kaya dan orang miskin,
ada orang berkuasa dan ada orang yang tidak berkuasa, serta ada orang yang
dihormati dan ada orang yang tidak dihormati.
Kondisi cenderung merujuk pada kedaan ekonomi
dan sosial seseorang dalam kaitannya dengan jabatan (kekuasaan), dan peranan
yang dimiliki orang bersangkutan di dalam masyarakat. Status atau kondisi
cenderung memperlihatkan tingkat kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain berdasarkan suatu ukuran tertentu. Ukuran atau tolak ukur yang
dipakai didasarkan pada salah satu kombinasi yang mencakup tingkat pendidikan,
prestise atau kekuasaan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kondisi
adalah keadaan atau kedudukan seseorang. Sedangkan sosial adalah sesuatu yang
berhubungan dengan masyarakat. Ekonomi adalah kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah keadaan,
kedudukan atau posisi seseorang di dalam masyarakat yang ditinjau dari segi
sosial dan ekonomi. Hal ini ditentukan oleh banyak hal yang mempengaruhi
seperti tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani dalam
Maftukhah bahwa sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam
manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat
pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi. Sosial ekonomi
adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam
hubungannya dengan sumber daya.
Posisi seseorang dalam tatanan masyarakat akan
selalu berbeda- beda. Kadang-kadang seseorang akan menempati kedudukan yang lebih
tinggi dan yang lainnya menempati kedudukan yang rendah. Perbedaan yang
mencolok inilah yang akan menimbulkan adanya stratifikasi dalam masyarakat.
Klasifikasi
Kondisi Sosial Ekonomi
Secara sederhana stratifikasi sosial dapat
terjadi karena ada sesuatu yang dibanggakan oleh setiap orang atau kelompok
orang dalam kehidupan masyarakat. Namun berdasarkan kodratnya manusia
dilahirkan memiliki kedudukan yang sama dan sederajatnya, akan tetapi sesuai
dengan kenyataan setiap manusia yang menjadi warga suatu masyarakat, senantiasa
mempunyai status atau kedudukan dan peran.
Menurut Horton dalam Siti Maesaroh bahwa ukuran
atau kriteria yang bisa dipakai untuk membedakan anggota masyarakat ke dalam
suatu kelas sosial ekonomi terbagi menjadi tiga bentuk yaitu pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan.
Dari uraian di atas ada tiga faktor yang
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi orang tua yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tingkat pendidikan secara langsung dan tidak
langsung akan menentukan baik buruknya pola komunikasi antara anggota keluarga.
Selain itu, pendidikan orang tua akan mempengaruhi persepsinya tentang penting
atau tidaknya pendidikan. Dengan dasar pendidikan yang relatif memadai untuk
mampu memberikan makna terhadap nilai, kegunaan dan pentingnya pendidikan bagi
masa depan anaknya sehingga kesungguhan untuk menambah wawasan dan bekerja
keras untuk menyekolahkan anaknya menjadi cita-cita dan harapan dalam hidupnya.
Menurut UU Sisdiknas No. 20 (2003) bahwa:
indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian
jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan.
Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap
pendidikan yang berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan
pengajaran.
Menurut UU Sisdiknas No. 20 (2003), jenjang
pendidikan terdiri dari:
a. Pendidikan dasar: jenjang pendidikan awal
selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang
pendidikan menengah.
b. Pendidikan menengah: jenjang pendidikan
lanjutan pendidikan dasar.
c. Pendidikan tinggi: jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk
mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan
yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian
terbuka kesempatan untuk meningkat ke golongan sosial yang lebih tinggi.
Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu ke
golongan yang lebih tinggi.
Pendidikan orang tua memainkan peranan penting
dalam mengasah keterampilan yang membuat dia sebagai orang yang siap menjadi
pusat identifikasi anak, mengenalkan nilai-nilai kehidupan, perkembangan
kepribadian anak, mencari, dan memperoleh pekerjaan. Orang tua yang
berpendidikan rendah biasanya tindakannya kurang mempunyai dasar sehingga mudah
dipengaruhi oleh orang lain atau ikuti-kutan. Adapun orang tua yang
berpendidikan tinggi setiap langkahnya akan tenang dan tidak mudah dipengaruhi
oleh orang lain, karena berdasarkan pengalaman-pengalaman lebih banyak dalam
setiap langkah. Jadi orang tua yang berpendidikan tinggi dalam melaksanakan
berbagai upaya pendidikan anak akan terlintas dalam sikap yang lebih tenang.
Masalah pendidikan di Kabupaten Bone adalah
bagian integral dari sistem pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bone persentase
penduduk menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kabupaten Bone dapat
dilihat pada tabel berikut:
b. Persentase
Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kab. Bone
No |
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan |
Jumlah |
1 2 3 4 5 6 7 |
TIDAK PUNYA IJAZAH SD/MI SLTP/MTs SMU/MA DIPLOMA I/II DIPLOMA III DIPLOMA IV/S1/S2/S3 |
37,20 32,89 13,32 11,09 0,98 0,74 3,76 |
Jumlah |
100 |
(Sumber: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Bone)
Berdasarkan tabel di atas bahwa persentase
penduduk menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kab. Bone ada beberapa
tingkatan mulai dari yang tidak punya ijazah dengan persentase 37,20%, SD/MI
dengan persentase 32,89%, SMP/MTs dengan persentase 13,32%, SMU/MA dengan
persentase 11,09, Diploma I/II dengan persentase 0,98%, Diploma III dengan
persentase 0,74% dan Diploma VI/S1/S2/S3 dengan persentase 3,76% dan berdasrkan
hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di Kecamatan Mare Kab. Bone
bahwa jenjang pendidikan orang tua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mare juga
memiliki beberapa tingkatan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan tingkat
SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi dan adapula orang tua siswa yang tidak pernah
mengenyam pendidikan formal.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
Tingkat Pendidikan orang Tua adalah tingkat pendidikan menurut jenjang yang
telah ditempuh, melalui pendidikan formal di sekolah dari tingkat yang paling
rendah sampai tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai
Perguruan Tinggi seperti yang telah diuraikan di atas.
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
orang tua siswa untuk mencari nafkah. Bidang-bidang pekerjaan yang ada di
masyarakat semakin bertambah banyak yang masing-masing menuntut keterampilan,
kemampuan, keahlian, dan pendidikan yang berbeda-beda.
Pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang
berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan atau
kekayaan masing-masing orang, dari tingkat penghasilan yang rendah sampai
tingkat penghasilan yang tinggi, tergantung darai pekerjaan yang ditekuninya.
Pekerjaan orang tua baik langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi motivasi anak dalam belajar. Pengaruh tersebut akan
menjadi pertimbangan bagi anak untuk memilih dan menempuh pendidikan
setinggi-tingginya. Jika orang tua anak itu sebagai pegawai negeri, mereka akan
belajar dengan giat agar dapat mencapai pekerjaan seperti orang tuanya atau
lebih dari pekerjaan orang tuanya. Selain itu akan menarik minat dan keinginan
anak untuk belajar yang telah ditempu orang tuanya.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Bone persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha utama di
Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel berikut:
d. Penduduk
yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Bone
No |
Lapangan Usaha Utama |
Jumlah |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 |
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Angkutan dan Komunikasi Keuangan Jasa-jasa Lainnya |
168.030 - 16.308 - 444 35.844 12.666 1.134 28.284 936 |
Jumlah |
263.646 |
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone
Berdasarkan tabel diatas penduduk yang bekerja
dilihat dari lapangan usaha, sebagian besar penduduk Kab. Bone bekerja di
sector pertanian yang berjumlah 168.030 orang atau 63,73% dari jumlah penduduk
yang bekerja. Sektor lain yang juga banyak menyerap tenaga kerja cukup besar
adalah sektor perdagangan dengan jumlah 35.844 orang atau 13,60% dan jasa-jasa
sebanyak 28.284 orang atau 10,73%. Berdasrkan hasil observasi yang telah dilakukan
oleh peneliti di Kecamatan Mare Kab. Bone bahwa pekerjaan orang tua siswa kelas
XI IPA SMA Negeri 1 Mare juga beragam ada pegawai, petani, pedagang, pengusaha,
tukang bangunan dan sebagainya.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua siswa sehari-hari dalam
usaha mencari nafkah.
e. Penghasilan
Penghasilan orang tua adalah pendapatan
rata-rata yang diperoleh dari pekerjaan yang ditekuni dalam kehidupan
sehari-hari. Tingkat pendapatan orang tua biasanya didasarkan atas pekerjaan
yang mereka lakukan pada suatu instansi baik instansi pemerintah maupun swasta,
dari pekerjaan itu mereka akan mendapatkan suatu penghasilan sesuai dengan yang
diberikan oleh pihak yang bersangkutan di mana mereka bekerja.
Kondisi ekonomi keluarga dapat diukur dengan
tingkat kesejahteraan keluarga. Salah satu indikator tingkat kesejahteraan
keluarga adalah tingkat pendapatan keluarga. Pendapatan pada dasarnya adalah
merupakan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup meliputi sandang,
pangan, dan papan. Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang.
Beberapa pakar yang memberikan defenisi tentang
ekonomi (penghasilan) yaitu:
a. Menurut Ahli ekonomi Soeharto Sangirm dalam
Julkarnain bahwa: “Keberhasilan pendidikan dalam kehidupan keluarga, sangatlah
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi (penghasilan) orang tua yang bersangkutan”.
b. Menurut Slemeto dalam Julkarnain mengatakan
bahwa: Keadaan ekonomi (penghasilan) erat hubungannya dengan belajar anak, anak
yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok misalnya makanan,
pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas
belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis,
buku-buku dan lai-lain. Fasilitas belajar itu hanyalah dapat dipahami jika
keluarga mempunyai uang yang cukup.
Pendidikan sangat diperlukan oleh setiap anak,
karena merupakan wahana atau tempat di mana mereka akan mengembangkan potensi
dirinya. Namun di satu sisi pendidikan formal memerlukan biaya yang tidak
sedikit. Hal itu menjadi salah satu faktor penghambat memenuhi kebutuhan
tersebut.
Keadaan ekonomi (pendapatan) keluarga erat
hubungannya dengan belajar anak, karena fasilitas belajar itu hanya dapat
terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang sehingga mengakibatkan mereka
tidak mampu memberikan pendidikan yang cukup bagi anak-anaknya terutama
pendidikan formal Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak
juga kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajar
anakpun terganggu. Oleh karena itu tingkat pendapatan orang tua erat kaitannya
dengan hasil belajar ankanya di kemudian hari.
Upah Minimum Regional (UMR) Provinsi Sulawesi
Selatan 2013 sebesar 1.440.000. Hasil observasi yang telah dilakukan oleh
peneliti di Kecamatan Mare Kab. Bone bahwa penghasilan orang tua siswa kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Mare ada beberapa tingkatan mulai dari Rp500.000.,
Rp1.000.000., Rp2.000.000. dan sebagainya. Berdasarkan uraian ini peneliti
menggolongkan penghasilan orang tua siswa berdasarkan 4 golongan yaitu:
a. Golongan orang tua berpendapat rendah, yaitu
berpenghasilan Rp500.000. perbulan
b. Golongan orang tua berpendapat cukup tinggi,
yaitu berpenghasilan Rp500.000. – Rp1.000.000. perbulan
c. Golongan orang tua berpendapat tinggi, yaitu
berpenghasilan Rp1.000.000. – Rp2.000.000. perbulan
d. Golongan orang tua berpendapat sangat tinggi,
yaitu berpenghasilan >Rp2.000.000. perbulan
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan
orang tua adalah penghasilan berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari
kegiatan yang dilakukan selama satu bulan dalam satuan rupiah. Besar kecilnya
pendapatan yang diterima oleh setiap orang tua akan berbeda antara yang satu
dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan orang tua sendiri
dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari.
Dilihat dari UMR Provinsi Sulawesi Selatan 2013
yakni sebesar Rp1.440.000. jauh lebih besar dibandingkan dengan kategori
penghasilan rendah dari orang tua siswa di SMA Negeri 1 Mare yakni Rp500.000.
akan tetapi dengan pengahsilan tersebut belum tentu dikatakan kondisi sosial
ekonomi orang tua dikatan rendah karena masih banyak faktor lain yang
mempengaruhinya. Beberapa orang tua siswa berpengahsilan Rp500.000. akan tetapi
pemenuhan fasilitas, sarana dan prasarana belajarnya anaknya masih bisa
terpenuhi karena kebutuhan yang lain masih bisa terpenuhi tanpa harus
mengeluarkan uang/ biaya, seperti pemenuhan kebutuhan pokok seperti beras,
sayur-sayuran dan sebagainya, sebagian besar penduduk kecamatan Mare memiliki
lahan pertanian seperti, sawah, kebun, peternakan. Sehingga mereka tidak harus
mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Dilihat pada Tabel 2.2 tentang
lapangan usaha di Kab. Bone bahwa sebagian besar penduduk Kab. Bone bekerja di
sektor pertanian dari jumlah penduduk yang bekerja dan salah satunya adalah
Kecamatan Mare sebagian besar penduduk di kecamatan ini memiliki lahan
pertanian dan perkebunan.
Begitupun dengan segi tingkat pendidikan dan
pekerjaan, ada beberapa orang tua siswa dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan
rendah tapi belum tentu kondisi sosial ekonominya dikatakan rendah karena
banyak faktor lain yang mempengaruhinya. Ada orang tua siswa tingkat pendidikan
yang dikenyaminya hanya SD dan pekerjaan seorang petani tapi mereka sadar akan
betapa pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya kelak dihari kemudian
sehingga mereka senantiasa memotivasi dan mendorong anaknya agar tetap sekolah
menuntut ilmu yang setinggi-tingginya.
DEFINISI
KERAWANAN SOSIAL
Menurut definisi, kerawanan sosial adalah suatu
keresahan social yang berkepanjangan, yang diakibatkan oleh proses konflik yang
ditimbulkan dari perbedaan pendapat suatu masyarakat/kelompok golongan
tertentu.
Kerawanan Sosial ialah suatu keresahan sosial
yang berkepanjangan, yang diakibatkan oleh proses konflik yang ditimbulkan dari
perbedaan pendapat suatu masyarakat/kelompok golongan tertentu, dengan
pemecahan dan penyelesaian masalah yang tidak memuaskan masyarakat/kelompok
golongan tersebut. Ketidakpuasan ini masih dalam eskalasi aman sehingga hanya
diperlukan tindakan pencegahan. Ketidak puasan pemecahan masalah dari yang
tidak tepat dicegah akan memicu keresahan, demonstrasi, ataupun separatisme.
Kerawanan Sosial dapat terbentuk dalam berbagai macam seperti kerawanan
ekonomi, politik, sosial budaya, ideologi, hankam, dan hukum.
Environmental Vulnerability Index (EVI)
menyebutkan bahwa kerawanan sosial adalah struktur social dari suatu komunitas
atau masyarakat terkena shock atau stres yang biasanya disebabkan oleh
perselisihan ekonomi, perubahan lingkungan, kebijakan pemerintah atau bahkan
disebabkan oleh kejadian internal dan kekuatan yang dihasilkan dari kombinasi
beberapa faktor. Struktur sosial yang dimaksud adalah relasi-relasi sosial yang
penting dalam menentukan tingkah laku manusia, dan jika relasi sosial itu tidak
dilakukan dalam suatu masyarakat, maka masyarakat tersebut tidak terwujud lagi.
Lain lagi dengan pendapat Ballesteros yang
menyebutkan bahwa kerawanan sosial adalah ketidakmampuan seseorang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat dalam menghadapi dampak negatif dari risiko berbagai
tekanan (ekonomi, politik, lingkungan, dan sebagainya). Dampak negatif ini
sebagian diakibatkan oleh karakteristik-karakteristik yang ada di dalam
interaksi sosial, institusi, dan sistem nilai-nilai budaya.
Kementrian pertahanan Republik Indonesia lebih
rinci memberikan penjelasan tentang kerawanan social, yaitu suatu keresahan
sosial yang berkepanjangan, yang diakibatkan oleh proses konflik yang
ditimbulkan oleh perbedaan pendapat suatu masyarakat/kelompok golongan
tertentu, dengan pemecahan dan penyelesaian masalah yang tidak memuaskan
masyarakat/kelompok golongan tertentu.
Dari beberapa definisi di atas maka penyebab
kerawanan social bisa disebabkan oleh dampak negatif berbagai tekanan ekonomi,
politik, budaya maupun lingkungan. Kerawanan sosial ini menjadi ancaman serius
bagi keutuhan bangsa dan Negara.
Kebangsaan
sebagai Ancaman dan Pemersatu
Bangsa dan/atau negara kebangsaan (bahasa
Inggris: nation state) adalah suatu istilah politik yang berarti warga negara
yang tinggal di suatu negara juga merupakan bangsa yang sama. Negara kebangsaan
modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan
atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan
bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut
berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari
ratusan etnik, yang berbeda-beda budayanya namun pada tahun 1945 puluhan juta
rakyat itu meneguhkan diri untuk bersatu dalam sebuah Negara. Negara yang
dibentuk ini bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap
tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum dan turut menjaga perdamaian dunia.
Dari berbagai aspek, kondisi sosial masyarakat
Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini dapat diambil kesimpulan
yang menjadi sumber kerawanan sosial yaitu: Pluralitas kondisi sosial yang
tidak tertata dan terbina dengan baik, pembagian hasil Sumber Daya Alam (SDA)
yang tidak adil terhadap daerah, multi partai dalam kehidupan demokrasi dan
tuntutan HAM, keterpurukan perekonomian Negara, radikalisme kelompok masyarakat
dan terorisme bom dari dalam maupun luar negeri, reparatisme dan perlawanan bersenjata
sebagian rakyat yang menentang pemerintah, dekadensi moralitas bangsa, akibat
tidak diamalkan dengan baik: Pancasila sebagaistatefundamentalnorm dan Lambang
Negara dengan motto Bhinneka Tunggal Ika (Plural Monolistik), Sumpah Pemuda dan
jiwa patriot.
Bentuk NKRI ini merupakan salah satu cara yang
efektif untuk menekan dan mencegah timbulnya kerawanan social. Dengan bentuk
kesatuan maka rasa persaudaraa akan semakin menguat. Apalagi ditambah dengan
kultur Indonesia yang menekankan semangat gotong royong.
Kesatuan berbangsa ini telah ditegaskan dengan
satu kesatuan bangsa, satu tanah air dan berbahasa satu. 3 Kesatuan berbangsa
bisa menjadi kunci pemersatu namun juga menjadi sebuah ancaman. Tapi dengan semangat
kebangsaan ini ancaman kerawanan social dapat diminimalisir, karena sampai
detik ini, setelah 68 tahun merdeka, Indonesia masih mampu bertahan menghadapi
berbagai persoalan dengan semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PERUBAHAN
SOSIAL
Perubahan sosial akan berlangsung secara
terus-menerus. Namun, perubahan sosial yang terjadi di masyarakat bukan sebuah
proses yang terjadi dengan sendirinya.
Pada umumnya, perubahan sosial tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor penyebab, faktor
pendorong, serta faktor penghambat. Coba kamu amati perubahan sosial yang
terjadi di lingkungan sekitarmu! Apa yang mendorong perubahan sosial di
tempatmu? Berikut penjelasannya.
Faktor
Penyebab Perubahan Sosial
Pada dasarnya, perubahan sosial terjadi karena
anggota masyarakatnya pada waktu tertentu merasa tidak puas dengan kehidupan
yang lama. Oleh karena itu, mereka melakukan perubahan untuk memperbaiki
kehidupannya. Perubahan dalam masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor, baik
yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri maupun dari luar masyarakat.
a. Perubahan
yang Terjadi dari Dalam Masyarakat
Faktor penyebab perubahan sosial yang terjadi
dari dalam masyarakat adalah sebagai berikut.
- Berkembangnya Ilmu
Pengetahuan
Berkembangnya pengetahuan menjadikan manusia
semakin memiliki pengetahuan yang luas dan menghasilkan teknologi canggih.
Selain itu, adanya pengetahuan mendorong manusia untuk mencari penemuan baru
yang dapat membantu aktivitas manusia dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.
- Jumlah Penduduk
Selain ilmu pengetahuan, jumlah penduduk yang
setiap tahun selalu meningkat juga menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan
sosial. Pulau Jawa yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi dapat
menimbulkan masalah di masyarakat. Hal ini yang kemudian memicu terjadinya
urbanisasi. Adanya perubahan jumlah penduduk menjadi salah satu factor penyebab
perubahan sosial. Dengan bertambahnya jumlah penduduk di suatu daerah,
mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat, terutama mengenai Lembaga
kemasyarakatan.
Potret
Kepadatan Penduduk di Indonesia
- Pertentangan dan
Pemberontakan
Dalam masyarakat pasti pernah terjadi konflik,
baik secara individu maupun kelompok. Konflik sosial dapat terjadi karena
adanya perbedaan kepentingan atau adanya ketimpangan sosial. Konflik yang
terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menghasilkan sebuah
perubahan sosial, misalnya pergantian penguasa, adanya kesepakatan baru, maupun
akomodasi dari pihak-pihak yangberkonflik.
Pertentangan
dalam Masyarakat
b. Perubahan
yang Terjadi dari Luar Masyarakat
Selain faktor dari dalam masyarakat, perubahan
sosial juga dipengaruhi oleh faktor dari luar masyarakat. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Luar
Indonesia merupakan negara yang memiliki
berbagai macam budaya dengan karakteristik yang berbeda-beda. Adanya interaksi
yang terjalin antara satu masyarakat dengan masyarakat lain yang berbeda dapat
ditanggapi dengan berbagai macam reaksi. Bisa diterima ataupun ditolak oleh
masyarakat.
2) Peperangan
Peristiwa peperangan yang terjadi, baik perang
saudara maupun perang antarnegara dapat menimbulkan perubahan sosial. Perubahan
sosial ini terjadi dalam sistem birokrasi, dimana pihak yang menang biasanya
akan memaksa pihak yang kalah untuk melakukan ideologinya.
3) Terjadinya Bencana Alam
Kerusakan alam biasanya oleh ulah manusia
sendiri. Sebagai contoh penebangan hutan secara sembarangan dapat menyebabkan
banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya. Hal ini mendorong manusia untuk
pindah dan mencari tempat yang baru. Kemudian mereka membangun pemukiman dan
Lembaga- lembaga yang baru. Mereka akan berpindah tempat karena merasa tidak
aman dan tidak nyaman dari tempat sebelumnya.
Bencana Alam
c. Faktor
Pendorong Perubahan Sosial
Menurut Soekanto (2012), faktor-faktor
pendorong perubahan sosial adalah sebagai berikut:
1) Kontak
Dengan Kebudayaan Lain
Awal proses perubahan sosial adalah adanya
kontak dari seseorang atau kelompok kepada orang atau kelompok lain. Melalui
kontak sosial terjadilah proses penyampaian informasi tentang gagasan, ide,
keyakinan, dan hasil-hasil budaya yang berupa fisik. Dua kebudayaan yang saling
bertemu akan saling memengaruhi yang akhirnya membawa perubahan. Dengan
demikian, berhubungan dengan budaya lain dapat mendorong munculnya perubahan
sosial budaya. Sebagai contohnya, unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawah
oleh para pedagang dengan cara damai dan tanpa adanya paksaan. Selain itu, ada
beberapa ulama yang melakukan perubahan melalui penyiaran agama.
2) Sikap
Saling Menghargai Hasil Karya Orang Lain dan Adanya Keinginan untuk Maju
Sikap menghargai hasil karya mendorong seorang
individu akan memunculkan penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Wujud sikap
menghargai hasil karya seseorang dapat berupa pemberian Nobel atau penghargaan.
Selain itu, adanya keinginan untuk maju dalam diri seseorang memicu munculnya
perubahan- perubahan sosial budaya. Perubahan sosial budaya terjadi karena ada
rasa tidak puas terhadap situasi dan kondisi saat itu. Keinginan untuk
mengadakan suatu kemajuan mendorong seseorang melakukan perubahan terhadap situasi
dan kondisiyang ada.
3) Sistem
Pendidikan yang Maju
Pendidikan formal adalah pendidikan yang
ditempuh melalui jenjang-jenjang pendidikan di sekolah. Pendidikan formal
mengajarkan bermacam-macam kemampuan, seperti menguasai ilmu-ilmu pengetahuan,
kerajinan tangan, hidup mandiri, olahraga, dan kesenian. Dengan mengikuti
pendidikan di sekolah, seorang individu mempelajari suatu nilai-nilai tertentu
yang dapat membuka pikirannya dalam menerima hal- hal baru. Selain itu,
pendidikan sekolah mengajarkan manusia untuk dapat berpikir secara ilmiah dan
objektif. Dengan pengetahuan itu, seorang individu dapat menilai apakah
kebudayaan masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhan- kebutuhan zaman atau tidak.
Berbekal pengetahuan itulah seseorang melakukan perubahan. Oleh karena itu,
perubahan sering terjadi di kalangan masyarakat yang berpendidikan tinggi.
4) Toleransi
Sikap toleransi yang dimaksud di sini ialah
sikap toleransi terhadap adanya pengaruh dari luar. Adanya pengaruh dari luar
yang tidak melanggar hukum dapat menjadi cikal bakal dari perubahan sosial.
Oleh karena itu, dengan adanya sikap toleransi dapat menciptakan hal-hal baru
yang kreatif.
5) Sistem
Terbuka Lapisan Masyarakat
Adanya open stratification dalam masyarakat
memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal. Situasi kondisi ini memberi
kesempatan seseorang untuk menempati strata yang lebih tinggi. Melalui kerja
keras dan melakukan perubahan- perubahan seorang individu mencapai kemajuan
diri guna meningkatkan strata. Jadi, semakin terbuka sistem lapisan masyarakat
semakin besar peluang untuk melakukan perubahan-perubahan yang tentunya menuju
ke arah yang lebih baik.
6) Ketidakpuasan
Masyarakat Terhadap Bidang-Bidang Kehidupan Tertentu
Adanya perubahan dilatarbelakangi oleh rasa
ketidakpuasan terhadap situasi dan kondisi saat itu. Apabila perasaan itu
terjadi dalam waktu yang lama akan menimbulkan tekanan-tekanan yang disertai
dengan kekecewaan hingga pada suatu waktu memunculkan revolusi dalam tubuh
masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat dari perubahan- perubahan yang
terjadi di Indonesia. Perubahan-perubahan timbul karena adanya ketidakpuasan
terhadap cara kerja pemerintah.
7) Adanya
Orientasi ke Masa Depan
Keadaan yang selalu mengalami kemajuan
mendorong seseorang untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap
perkembangan zaman. Adanya orientasi ke masa depan akan mendorong masyarakat
untuk selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru
yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
d. Faktor
Penghambat Perubahan Sosial
Selain faktor-faktor yang dapat mendorong suatu
perubahan sosial, terdapat pula beberapa faktor yang dapat menghambat
terjadinya perubahan sosial. Beberapa faktor yang dinilai menghambat terjadinya
suatu perubahan sosial antara lain sebagai berikut.
1) Kurangnya
Hubungan dengan Masyarakat Lain
Manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan
manusia atau masyarakat lain dalam suatu pergaulan. Kurangnya hubungan dengan
masyarakat lain mengakibatkan suatu masyarakat menjadi terasing dari pergaulan
hidup dengan masyarakat lainnya. Akibatnya mereka tidak mengetahui kemajuan
atau perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain. Apabila pergaulan saja
sangat terbatas, maka yang terjadi adalah keterbatasan pemikiran sehingga
keinginan untuk berubahpun juga sangat minim.
2) Perkembangan
Ilmu Pengetahuan yang Terlambat
Dengan adanya keterbatasan dalam pergaulan,
dapat dipastikan perkembangan ilmu pengetahuan juga akan terlambat. Sebab dalam
kemajuan ilmu pengetahuan dapat ditempuh di antaranya dengan metode learning by
doing. Tidak adanya keinginan untuk menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan
akan mengakibatkan pola pikir yang terbelakang dan ketinggalan zaman, sehingga
muncul sebuah pandangan negatif (stigma) adanya kelompok masyarakat yang sulit
untuk berubah.
3) Sikap
Masyarakat Tradisional yang Konservatif
Sikap konservatif atau sulit untuk melakukan
perubahan akan membawa mentalitas yang tidak baik dalam sebuah kemajuan. Karena
itu sikap tersebut harus dihindari apabila seseorang hendak melakukan suatu
perubahan.
GLOBALISASI
Globalisasi adalah proses mendunianya suatu hal
sehingga batas antara negara menjadi hilang. Globalisasi didukung oleh berbagai
faktor, seperti perkembangan teknologi, transportasi, ilmu pengetahuan,
telekomunikasi, dan sebagainya yang kemudian berpengaruh pada perubahan
berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat.
Misalnya dalam aspek ekonomi, globalisasi
menimbulkan terbentuknya pasar bebas yang membuat perdagangan antar negara
dapat dilakukan lebih bebas.
Faktor
Penyebab Globalisasi
Berikut pendorong terjadinya proses
globalisasi:
1. Perkembangan
teknologi informasi dan transportasi
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan
transportasi membuat kegiatan jual beli antar negara menjadi lebih mudah.Kini
kita bisa transaksi dengan pembeli/penjual di negara lain tanpa tatap muka
lewat e-commerce.
2. Meningkatnya
kerja sama internasional
Kerja sama internasional memudahkan terjadinya
transaksi antar negara, yang kemudian turut meningkatkan jumlah produk yang
masuk dari luar negeri dan juga sebaliknya. Proses globalisasi pun terus
terjadi lebih perdagangan internasional ini.
3. Kemudahan
transportasi
Pengiriman barang dan jasa antar negara menjadi
lebih mudah sehingga banyak produk asing yang masuk dan menjadi bagian dalam
kehidupan masyarakat. Tidak jarang produk asing ini kemudian diadaptasi oleh
masyarakat setempat sehingga terjadi penggabungan kebudayaan.
4. Ekonomi
Terbuka
Perdagangan global yang terjadi saat ini
dikarenakan negara- negara di dunia semakin terbuka satu sama lain sehingga
terjadi pertukaran produk dari satu negara ke negara lain. Produk ini sendiri
tidak lepas dari elemen dan budaya negara asalnya, yang kemudian bisa saja
mempengaruhi negara lain. Misalnya produk kecantikan asal Korea yang mengandung
bahan-bahan yang tidak umum ditemukan di Indonesia, namun karena popularitas
produk kecantikan ini membuat anggapan “cantik ala Korea” banyak diadaptasi
oleh produk-produk lokal.
Dampak
Globalisasi
Globalisasi memiliki dampak positif dan negatif
dalam kehidupan masyarakat, berikut di antaranya:
1. Dampak Positif
a. Masyarakat antar negara dapat berinteraksi
lebih mudah dengan kemajuan teknologi
b. Peningkatan perdagangan internasional dan
kegiatan wisata ke luar negeri karenakemajuan transportasi
c. Pengembangan ilmu pengetahuan yang semakin
pesat
d. Penyebaran informasi yang tidak dibatasi oleh
jarak antar negara
e. Terjalinnya hubungan internasional antar
negara yang semakin baik
2. Dampak Negatif
a. Lunturnya nilai-nilai kebudayaan asli
masyarakat karena mulai melebur dengan budaya asing dari luar
b. Nilai-nilai kehidupan masyarakat dari luar
negeri ikut masuk seperti konsumerisme dan hedonisme
c. Masuknya pola hidup yang berbeda dengan gaya
hidup masyarakat lokal, khususnya pola hidup dari negara barat
d. Kehidupan pertanian yang mulai ditinggalkan
karena masyarakat agraris yang beralih menjadi masyarakat industri
e. Kerusakan lingkungan dan peningkatan polusi
udara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar